MSLS (My Sweet Love Story)
♥Part 3♥
Setelah mendengar Justin ngerap dan menyanyi, dan Elle bertepuk tangan dan tertawa lepas. Pipinya merah seperti merah tomat. Justin yang melihat perilaku gadis itu langsung terkejut. 'Apa yang salah dengan gadis ini? " 'Apakah gadis ini menyukai laguku? " "Atau .. Dia sangat malu aku menyanyikan lagu ini untuknya?'
Justin: Bagaimana? Kau menyukainya?
Elle: Aku pikir ....
Justin: Ayo, katakanlah
Elle: Aku sangat menyukai lagu itu
Justin: Really? Seorang gadis cantik menyukai lagu baruku? Wow?
Elle: Aku tidak cantik
Justin: Kau cantik, Elle
Elle: Tidak, tapi aku manis;;)
Justin:-___-
Justin kembali berbicara dengan seorang gadis yang masih di sampingnya. Elle melihat Justin yang mirip Austin dari samping. Namun yang membuat Elle heran, sampai sekarang, Elle belum melihat Austin yang sedaritadi telah menghilang. Ketika Justin berbicara dengan Elle, iPhone-nya tiba-tiba berdering. Dia kemudian mengambilnya dari saku celana jeansnya. Hmmm ... Ternyata ada telepon dari Ms Michele Mahone.
*Di telephon*
Justin: Halo aunty, ada yang bisa aku bantu?
Michele: Ya, tapi tolong, apakah Elle di dekatmu sekarang?
Justin: Ya, Aunty. Memangnya kenapa?
Michele: Bisa kita berbicara sebentar ... Tapi agak jauh dari Elle
Justin: Oh, baiklah. tunggu sebentar
Justin kemudian memberitahu Elle untuk tetap menunggu di sini dan jangan pergi kemana-mana. Elle kemudian terlihat bingung dengan sikap Justin. Namun, apa boleh buat. Ia akan menurut apa yang dikatakan Justin kepadanya.
Justin: Bisakah kita bicara sekarang, aunt?
Michele: Uhm ... Baik
Justin: Apa yang terjadi?
Michele: Ini tentang Austin, Justin
Kata Michele dengan lembut. Sesekali suaranya yang terdengar seperti ada sesuatu yang salah. Justin mulai curiga dengan sahabatnya. 'Ada apa dengan Austin? "
Justin: Apa terjadi dengan Austin, aunty? Tolong beritahu aku
Michele: Austin ... Austin mengalami kecelakaan mobil
Justin: Apa! Austin kecelakaan? Oh, jangan bercanda denganku, Bibi. Aku nggak suka
Michele: Tidak, aku serius. Tolong, Justin. Jangan berbicara terlalu keras. Aku tidak ingin Elle tahu kejadian ini
Justin: Ta... Tapi
Michele: Jika dia tahu, dia akan terkejut. Kau tahu, kan? Elle sangat ...
Michele tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Dia sangat sedih. Maka Justin mendengar wanita dengan isak tangis di telephone. Michele tidak ingin gadis kecilnya tahu bahwa kakak kesayangannya itu dalam kondisi kritis. Jika Elle tahu, dia tidak bisa berhenti menangis, psikologisnya akan memburuk, dia tidak akan makan, atau pergi ke sekolah.
Justin: Oh, ok. Aku mengerti, bibi. Sebaliknya, kau menenangkan dirimu terlebih dahulu
Michele: Tapi bagaimana dengan keadaan Elle sekarang? Apakah dia baik-baik saja sekarang?
Justin: Tidak apa-apa, dia denganku sekarang
Michele: Kau lebih baik membawa dia untuk pulang. Hari sudah semakin sore
Justin: Ok, bibi. Dan ... Kemudian, tentu jika ada waktu luang aku akan menjenguk Austin
Michele: Terima kasih, Justin. Ya, silakan. Dan, akhirnya ... Jaga gadis kecilku, Justin
Justin: Aku akan selalu menjaganya
---------------------------------TutttTuuttTuutt ---------------------------------------------
Justin menutup telepon dan menghembuskan napas panjang. Mengapa sahabatnya dapat musibah seberat ini? Kecelakaan? Ya Tuhan. Bagaimana sekarang? Ya, Justin ingin melihat Austin tapi dia tidak bisa meninggalkan Elle. Ibunya mengatakan bahwa Elle harus tidak mengetahui hal ini. Itu berarti Justin terpaksa haru berbohong pada Elle, bukan? Bagaimana jika nanti Elle membencinya? Dan Elle tidak mau memaafkan Justin? Uh, pikirkan itu nanti saja.
Tiba-tiba, Justin terpikirkan oleh para sahabat lainnya. Cody, Ryan, Chaz, dan Caitlin. Mungkin mereka sempat berkunjung ke Austin dan memberitahu situasi itu kepada Justin.
Justin: Begitulah. Mungkin malam ini aku akan menghubingi mereka
Justin masih bingung, terkejut, dan sedih oleh keadaan temannya dan melihat gadis kecil yang sedang duduk sambil memegang lututnya. Dia terlihat kedinginan. Udara dingin mulai menyelimuti taman ini. Justin ingin kembali untuk duduk di sebelah Elle. Matanya masih melihat bagaimana suasana indah di taman ini. Meskipun udara dingin di sini, tapi gadis ini nggak memperhatikannya. Yang ada di dalam hatinya adalah kerinduan tentang tempat ini.
Justin: Elle?
Elle: Ya, Justin
Justin: Apakah ... Apakah kau kedinginan?
Elle: Tidak
Justin: Tapi, wajahmu pucat. Bibirmu juga ...
Lalu Justin meletakkan tangannya ke kepala Elle. Wow! Suhunya sangat panas. Elle demam tinggi, Justin tahu itu. Wajah Justin menjadi pucat ketika mengetahui keadaan Elle. Sekarang, Justin benar-benar harus memabawa Elle pulang ke rumah.
Justin: Sudah waktunya pulang, Elle
Elle: Tidak, Justin. Aku akan tetap di sini sampai Austin kembali
Justin: Tapi hari sudah gelap. Suhu tubuhmu semakin tinggi, dan kau juga mengalami demam
Elle: Tidak apa-apa, aku sudah terbiasa
Hal ini? Sudah terbiasa? Kau mengatakan ini normal? Sekarang tubuh Elle mulai menggigil. Bibirnya juga terus menggigil. Giginya tidak bisa diam. Kali ini, keadaan Elle benar-benar buruk. Tapi Elle tidak ingin pulang. Dia ingin terus menunggu kakaknya, Austin.
Justin: Elle, kau harus pulang. Keadaanmu sangat buruk
Elle: Aku tidak mau
Justin: Elle, kau bisa sakit!
Elle: Aku sakit, Justin! Aku tahu itu! Tapi apa bisa kau meninggalkan Austin yang masih di sekolah?
Justin: Tapi ...
Elle: Diam, Justin! Aku masih akan menunggu Austin, sampai dia kembali!
Air mata itu mulai keluar dari mata Elle. Perlahan-lahan, membendung air mata. Ia tidak menumpahkannya, ya ... ia menahannya. Dia tidak ingin terlihat cengeng di depan Justin. Namun, usahanya gagal. Air matanya menetes, membasahi pipi bayinya. Deras. Sangat berat. Ia menangis, seperti Bibi Michele. Justin juga sangat tidak tahan melihatnya. Dia ingin menghapus air mata yang jatuh bebas dari mata indah gadis manis.
Justin: Jangan menangis, gadis kecil
Perlahan, Justin menempelkan jari ke pipi Elle. Dia menghapus air mata Elle dengan lembut. Sekarang, mata yang biru laut sudah lenyap, pipi tomat telah berubah, senyumnya tiba-tiba lenyap. Justin bertanya-tanya dalam hati. 'Mengapa dia menangis, menangis saat ia belum menyadari ada masalah' Justin tahu, mungkin ini disebut kontak batin. Elle masih terisak-isak. Justin membiarkannya. Mungkin membantu Elle untuk menenangkan keadaannya.
Justin: Kau boleh menangis selama kau mau
Elle: * terisak * Hiik ... Hiikks ...
Justin: Jika kau mau, kau dapat menggunakan bahuku .. sambil meletakkan kepalamu, mungkin?
Elle tidak menolaknya, ia meletakkan kepalanya di bahu Justin. Dia menangis sampai akhirnya... Dia lelah untuk menangis. Elle berhenti menangis.
Justin: Jadi, gadis kecil. Apakah kau ingin pulang denganku sekarang?
Elle tidak menjawab. Dia diam. Mulutnya gemetar kedinginan. Tubuhnya masih panas. Justin hanya menatap Elle dan tersenyum manis.
Elle: Aku tidak ingin pulang, Justin
Justin: Oh, ayolah Elle ....
Elle: Aku ingin kakakku kembali
Justin: Uhm ... Well, sebenarnya ... Austin sedang melakukan observasi ke pantai
Elle: Apa? Observasi? Mengapa kau tidak menceritakan itu padaku?
Justin: Maaf
Elle: Dengan siapa?
Justin: Dengan ... Uhm .. dengan .. dengan teman-temannya dan .. your mom
Elle: Mom? Yang benar saja!
Justin: Ya! Dengan ibumu. Dia pergi dengan Austin
Justin tahu ini adalah trik untuk membohongi Elle agar dia mau pulang. Dia harus pergi ke sekolah besok.
Justin: Jadi, ibumu dan kakakku meninggalkanku dengan mu._.
Elle: Ha? Sungguh-____?-
Justin: Jika kau tidak percaya, ya sudah. Aku ingin pulang
Justin kemudian berjalan ke belakang. Lima langkah dari Elle, gadis itu tiba-tiba memanggil namanya lagi.
Elle: Justin?
Justin: Apa lagi?
Elle: A. .. Aku ingin pulang. Pulang denganmu ...
Justin tersenyum dengan penuh kemenangan. Akhirnya, ia berhasil membujuk Elle pulang. Justin kemudian berjalan kembali ke Elle dan membantu Elle untuk berdiri. Ya, kau tahu? Tubuhnya sangat lemas dan panas.
Selama perjalanan ke mobil Justin, Justin selalu merangkul Elle dengan penuh kasih sayang. Justin tidak peduli berapa banyak orang yang melihat dia dengan Elle. Sekalipun itu Paparazzi, Justin tetap peduli. Elle terus berkeringat dan keringat itu terus mengucur dari tubuhnya. Yang penting sekarang Justin harus cepat membawa Elle rumah.
* Dalam mobil Justin*
Kemudian mereka masuk ke mobil, Justin melepas pelukannya. Mereka hanya saling memandang. Elle melihat senyum Justin dan Justin mengangkat alis.
Justin: apa, gadis manis?
Elle: Kau tahu? Jika dilihat dari jauh, wajahmu mengingatkanku pada Austin
Justin: Maksudmu ... Aku mirip Austin?
Elle: Ya, itu benar :)
Justin: Oh ok, Elle. Mungkin, kau bisa menganggapku sebagai saudaramu, teman terbaikmu, atau ...
Justin berhenti bicara. Dia tidak berani melanjutkan kalimatnya, yaitu 'pacarmu'.
Elle: Atau apa?
Justin: Ah, lupakan saja!
Justin melepas jaketnya dan menyerahkannya kepada Elle. Wow, sekarang Justin hanya mengenakan T-shirt putih dan celana jeans hitam. (Ebuset! Justin kece banget disono*-* asdfghjkl)
Justin: Pakailah ini. Ini akan membuatmu lebih hangat
Elle: Terima kasih, Austin.
Justin: Apa?
Elle: Uhm ... Maksudku .. Terima kasih Justin
Justin: Hahaha terima kasih kembali, gadis kecil yang manis
Di mobil, mereka hanya saling diam. Tidak ada pembicaraan yang mereka bicarakan. Yang ada hanya suara mesin mobil yang terdengar sangat halus. Justin masih memendam rasa yang amat sangat sedih dan bersalah. Bagaimana tidak? Pertama, ia telah menuduh bahwa Austin adalah pacar Elle. Kedua, ia belum bilang terima kasih pada Austin karena telah mengizinkannya bersama Elle. Ketiga, ia menyembunyikan sesuatu di belakang Elle. Oh, sungguh keadaan yang sangat tidak enak.
Elle: Justin, kau kenapa?
----------------------------- To Be Continue-------------------------------------------
Thanks for reading. Part 4 coming soon, guys~ xoxo<3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar