Translate

Sabtu, 14 Juli 2012

My Sweet Love Story #10


MSLS (My Sweet Love Story)











♥Part 10♥









Sepulang sekolah ini, Justinlah yang akan menjemput Elle. Justin tak henti-hentinya memuji Elle dengan beberapa pujian yang membuat Elle malu bukan main. Sesampainya di mobil, Elle lalu meminta Justin untuk mengantarnya ke UCLA Medical Center. Justin sangat terkejut! Mukanya menjadi pucat pasi. Elle yang melihatnya, langsung heran bukan kepalang. Awalnya Justin menolak untuk mengantarkan Elle, namun Elle memaksanya. Justin tidak tega. Mungkin ini saat yang tepat. Mungkin ini saatnya. Dan akhirnya... Justin mau mengantar Elle menuju rumah sakit tersebut.


Awalnya Justin ragu untuk mengajak gadis itu ke rumah sakit. Wajah Justin berubah jadi pucat dan sekarang ia bingung harus bagaimana. Justin lalu mengirim pesan singkat pada Michele, Cody, Alli, Chrsitian, dan yang lainnya. Justin berkata bahwa ia akan membawa Elle ke rumah sakit sekarang. Setelah beberapa menit menunggu jawaban, satu persatu jawaban muncul dan mereka semua setuju. Elle boleh dibawa ke rumah sakit untuk bertemu dengan Austin.


Justin: Kau yakin akan pergi ke rumah sakit sekarang?
Elle: entahlah. Tapi hatiku bilang kalau... kalau aku harus ke rumah sakit itu sekarang juga
Justin: memangnya ada apa di sana? Kenapa hatimu bisa seyakin itu?
Elle: Mimpiku
Justin: Ada apa dengan mimpimu?


Elle akhirnya menceritakan semua mimpinya. Justin yang mendengarnya terkejut bukan main karena mimpi Elle memang kenyataan yang sesungguhnya. Austin memang mengalami kecelakaan dan sekarang ia dirawat di UCLA Medical Center. Kenapa mimpinya bisa sangat benar? Justin yang mendengarkan cerita itu sampai selesai langsung bergidik. Ia takut kalau Elle membencinya karena ia telah berbohong pada Elle. Justin takut kalau Elle akan menjauhinya dan akan....


Elle: Hey, kenapa kau melamun? Ayo jalan
Justin: E.. i.. sorry Elle:'


Di dalam mobil, Elle hanya mendengarkan musik yang keluar dari radio. Itu lagu dari CODY SIMPSON!!!! *-* Elle langsung mengikuti alunan lagu itu. Ia bernyanyi. Ia hafal lagu itu. Justin melihatnya dengan senyum manis. Ia senang bisa melihat Elle tersenyum seperti dulu. Senyum tanpa beban yang menghantuinya:')


Elle: What’s up? Even with your hair up Girl, what’s up? Even in your sweat pants. Girl, what’s up? Even when you wake up without any make-up, I’m in love. Cause I’m so tired of the same old things I’ma need something new in my life, yeah.. So tired of the same old games. Yeah it’s time I started feeling right
Justin: Suaramu tidak buruk. Suaramu bagus, lucu :D
Elle: He? Apanya yang lucu. Suaraku biasa saja, seperti anak seusiaku
Justin: Tidak! Suaramu berbeda dengan yang lain. Suaramu punya ciri khas tersendiri, sama seperti kakakmu
Elle: Benarkah?
Justin: Tentu saja:)


Justin lalu mengacak-acak rambut Elle dan Elle mengacak-acak rambut Justin balik. Mereka sudah sangat akrab sekarang. Elle masih takut bertanya apakah Justin memang benar pacar Selena. Dan dalam hati, Justin juga bertanya-tanya apakah Elle menyukai tidak? Maksudnya, perasaanya terhadap Cody itu lebih dari fan ke idolanya atau tidak. Mereka sama-sama gelisah akan perasaan mereka. Mereka belum mengetahui bahwa mereka saling suka dan belum mendapatkan kepastian.


Setelah sampai di UCLA Medical Center, Justin turun dari mobil sambil menarik napasnya dalam-dalam. Ia melihat Elle yang masih sibuk dengan iPhone-nya. Justin juga segera mengirim pesan singkat ke Cody yang barusan pulang dari konsernya dan Berly yang sudah menunggu di rumah sakit.





"I've got to the hospital with Elle"




- Justin -





Elle tiba-tiba menghentikan langkahnya. Ia berhenti dan menatap Justin yang masih berada di sampingnya. Elle menggenggam erat tangan Justin.


Justin: Ada apa, babe? Tanganmu berkeringat
Elle: Aku... aku takut jika sesuatu terjadi pada Austin


DEG!! Jantung Justin seperti berhenti berfungsi (aduh, jangan sampe tin! Gua belum mau! Gua belom dikasih adek sama elu x_x) Dadanya terasa sesak dan pikirannya jadi benar-benar buyar. Ia takut kalau Elle benar-benar shock bahwa....mimpinya itu memang benar! Mimpinya itu benar-benar terjadi. Dan saat itu pula, iPhone Justin kembali menampilkan SMS dari Michele.





"Ini saatnya. Ini waktunya Elle mengetahuinya. Aku yakin dia pasti sudah bisa menyikapinya. Dia gadis kecil yang kuat. See yaa, boy"





- Mrs. Mahone -




Elle menggoyang-goyangkan badan Justin seperti anak kecil yang minta dibelikan sesuatu. Justin kembali terbangun dari lamunannya setelah membaca pesan dari Michele.


Justin: Tenang saja, ia akan baik-baik saja


Elle hanya mengangguk pelan. Justin dan Elle berjalan menuju ke bagian informasi. Suster di sana terlihat sangat terkejut melihat sosok Justin Bieber dan Elle Mahone. Tak perlu berfikir panjang, ia mengambil kertas kosong dan spidol lalu ia menyodorkan kepada mereka berdua. Untuk apa? Jelas minta tanda tangan dong. Setelah ritual itu selesai, ia kembali melayani Justin dan Elle.


Suster:  Who will you meet?
Elle: uhm... we will meet ...


Elle tidak bisa menjawab pertanyaan si suster. Ia bingung. Kalau Austin tidak ada bagaimana? Kan malu. Tapi hatinya bilang, 'kau harus bertanya! Kau harus bertanya!' 'jika memang Austin ada, kau harus kuat dan hadapi kenyataan ini!'


Justin: Austin Mahone


DEGH! Hati Elle kembali sakit seperti teriris pisau. Ia berbalik ke arah Justin. Kenapa dia bilang seperti itu? Justin hanya menundukkan kepalanya. Ia tahu perasaan Elle sekarang. Mungkin antara tidak percaya atau tidak.


Elle: Justin kenapa...


Kata-katanya terpotong, Justin langsung menggandeng Elle ke ruang 23B dimana Austin dirawat inap. Elle hanya mampu mengikuti langkah kaki Justin dan tidak sempat bertanya apa-apa pada Justin karena Justin sudah menggenggam tangan Elle dengan erat. Sesekali Justin melihat wajah Elle yang masih bingung dan kikuk.


'Gadis ini tidak tahu apa-apa. Ia hanya bertanya-tanya akan mimpinya yang lain adalah itu bukan mimpi. Tuhan, bantu aku...' kata Justin dalam hati.












- Elle -












Sekarang, aku dan Justin sudah berada di depan ruang 23B. Di ruang tunggu, aku melihat Christian, Cody, Berly, dan Caitlin. Mereka lalu bangkit berdiri saat mengetahui aku dan Justin datang. Wajah mereka masih lemas namun mereka mencoba memberikan senyum padaku, dan aku membalasnya. 




Elle: Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa wajah kalian berubah seperti... 




Aku tak melanjutkan kata-kataku. Mataku tiba-tiba tertuju pada seorang pria yang terbaring lemas di tempat tidurnya bersama dengan alat-alat rumah sakit. Sebagian badannya dibalut dengan perban. Di samping tempat tidurnya, ada seorang ibu yang menemaninya. Aku melihatnya dari kaca transparan yang ada di pintu. Aku mencoba mendekat. Melihat lebih jelas dan... Astaga! Itu Austin dan Mom! Ha? A...apa.. apa aku masih bermimpi? Aku berusaha menyadarkan diri dengan menampar pipiku sendiri. Aw! Sakit! Aku tidak bermimpi. Ini memang kenyataan. 




Elle: Austin....


Seketika itu, darahku seperti berhenti mengalir, dadaku sesak, aku serasa tak ingin hidup. Melihat keadaan kakakku yang sekarang, keadaannya sungguh menyedihkan. Kepalaku berusaha untuk menghantam dinding, tapi seorang menarikku ke pelukannya yang hangat. Pria itu memelukku dengan erat.


Justin: Everything's gonna be alright, babe. Sure. Trust me


Aku terus menangis di pelukannya, tepatnya di bahunya. Aku menangis sejadi-jadinya sambil memanggil-manggil nama Austin. Kenapa Justin tidak bilang padaku? Kenapa Cody dan Berly tidak menceritakannya padaku? Kenapa mereka semua berbohong padaku? Memang apa salahku? APA?! Sampai mereka tega menutupinya, supaya aku tidak bertemu Austin.


Elle:  Why you can bear to like this to me? Y'all have the heart to lie to me. Why?


Justin, Cody, Berly, Christian, dan Caitlin hanya tertunduk dan mematung. Mereka bingung mau menjawab apa. Aku sudah muak dengan semua ini. Ternyata sahabat-sahabatku sendiri rela membohongi dan membodohiku seperti ini.


Elle: Aku tidak bodoh! Aku tahu semua ini! Kenapa sih, kalian tega melakukan semua ini padaku?
Justin: Elle, kau harus dengarkan aku dulu. Kami semua tidak bermaksud un...
Elle: Cukup Justin! Cukup! Aku tidak mau mendengar omongan dari mulutmu! Aku sudah cukup tersakiti oleh ini!


Justin lalu membawaku ke sudut ruangan yang sepi. Jarang sekali orang berkeliaran di sini. Ia lalu berusaha meyakinkanku bahwa ini semua demi kebaikanku. Justin masih menggenggam tanganku dengan eratnya. Aku berusaha melepaskannya namun selalu gagal, Justin selalu menangkap tanganku kembali.


Justin: I'm sorry, babe
Elle: I hate you Justin
Justin: Please. I will not repeat ma mistake again, babe. Please
Elle: No! I can't, Justin. And dont call me 'babe' again


Justin mencoba menarik daguku secara perlahan. Berkali-kali aku menolaknya, namun akhirnya ia berhasil. Kami saling berhadapan sekarang dan kedua tangannya ia tumpu di pinggangku. Justin menatapku lekat-lekat dan aku melihat suatu cahaya yang terpancar dari matanya. Ya, cahaya kebenaran. Ia benar-benar ingin meminta maaf padaku, seolah kesalahan ini untuk kebaikanku. Aku terlalu menatap matanya lekat-lekat. Sampai aku tidak sadar sekarang hidung kami sudah bersentuhan dan Justin mendekatkan bibirnya ke bibirku dan berkata..


Justin: Give me one more chance, Elle. Please.


Aku tetap terdiam mematung. Aku hanya menutup kedua mataku yang masih meneteskan air mata kesedihan dan kekecewaan. Tiba-tiba, aku merasa bahwa bibir seseorang menyentuh bibirku. Justin kissed me. Aku merasa tenang. Jantungku berdetak dengan tenang, darahku mengalir dengan sempurna. Yang aku rasakan sekarang adalah aliran hangat yang Justin beri padaku melalui ciuman itu. Aku memang menikmatinya, namun enam puluh detik kemudian aku mulai sadar dan segera melepaskan bibir itu dari bibirku. Aku berusaha melepas genggaman Justin yang lekat seperti lem pada tanganku. 




Elle: I'm sorry Justin. But... I can't....
Justin: Elle, wait!


Aku lalu meninggalkan Justin dan berlari menuju ruangan Austin. Setelah berada di depan pintu, aku segera membuka pintu ruangan itu. Ketika aku masuk ke dalam, Mom dan Austin hanya tersenyum dan mengucapkan selamat datang padaku. Aku buru-buru menghapus air mataku dengan jemariku. Mataku mungkin terlihat sembab di hadapan Austin, dan ia akan mengetahuinya.


Elle: Hi, Austin


Sekarang aku sudah berada di samping Austin. Aku sudah bisa berbicara dan menatap matanya yang indah itu. Kami tersenyum bersama.


Austin: Come on, sweet girl. Come into ma arms. I miss yaa so much!


Aku lalu memluk Austin yang masih berada di tempat tidurnya itu. Mom yang melihat itu, langsung ikut memluk Austin dan aku.


Elle: Mom, Austin, sebenarnya...kenapa Justin dan yang lainnya ingin membohongiku?


Mereka hanya saling pandang. Dan kali ini Mom akan memberikan jawaban. Aku harap ini jawabannya yang tidak menyakitkan untukku.


Michele: Aku yang menginginkannya
Elle: Apa? Kau yang menginginkannya? Tapi...
Michele: Ini demi kebaikanmu Elle. Aku tidak mau kau terbebani dengan masalah ini. Aku ingin kau bisa...


Mom tidak kuat berbicara, ia hanya menangis dan menangis. Sekarang, tiba giliran Austin yang angkat bicara denganku.


Austin: Elle, listen. Bukan hanya Mom, tapi aku dan yang lainnya juga terlibat dalam semua ini. Kami melakukannya demi kau, demi kebaikanmu, Elle.
Elle: Termasuk Justin?
Austin: Ya, benar sekali. Jadi kau tidak berhak membenci Justin, benci saja kami semua, termasuk aku dan Mom. Karena sebenarnya, yang ingin masalah ini disembunyikan adalah aku.
Elle: A... Apa? Jadi...


Perasaan bersalah kembali muncul di benakku. Aku sungguh merasa bersalah dengan Justin. Aku memutuskan untuk keluar dari ruangan itu dan berlari. Aku tak tahu arah dan tujuanku sekarang. Yang jelas aku hanya ingin berlari, berlari, dan berlari!


Dan... sampailah aku di suatu taman yang masih berada di kawasan rumah sakit. Aku duduk termenung di bangku taman itu. Pandanganku kosong. Pikiranku kosong. Sekarang aku hanya melamun dan meratapi kesalahanku. Aku mengaku salah pada Justin. Dan, harusnya aku berterima kasih pada Justin. Bayangkan. Ia, seorang Justin Bieber.. HE IS MY FIRST KISS! Argh!


TAP! Sesorang sepertinya menepuk pundakku. Aku menoleh ke belakang. Ternyata itu adalah Cody, Berly, Christian, dan Caitlin.


Berly: Hi, darl


Aku langsung memeluk Berly. Aku menangis di pelukannya sekarang.


Berly: Tenang, Elle. Keep calm. Big girl dont cry, k?
Elle: Ma... maafkan aku..


Kataku pada mereka dengan terbata-bata. Mereka hanya tersenyum dan mengangguk. Itu tandanya mereka mau memaafkanku. Lalu mereka memelukku.


Cody: Jangan pernah kau menumpahkan air mata di hadapan kami
Christian: Kami ingin selalu melihatmu tertawa
Berly: Kami disini untuk membuatmu senang dan tersenyum, Elle.
Caitlin: Dan jujur, kami benci melihatmu menangis seperti ini. Buktikan kalau kau kuat, Elle!


Aku hanya tersenyum kecut sambil menghapus beberapa air mata. Dalam hati, aku berkata bahwa... betapa beruntungnya aku mempunyai teman-teman seperti mereka. Mereka masih peduli padaku. Mereka masih mencintaiku.


Cody: Kau sudah memaafkan kami, dan... apa itu tandanya kau mau memaafkan Justin?


Aku hanya terdiam. Aku bingung mau menjawab apa. Tapi,kalau aku tidak memaafkannya perasaan bersalah akan terus menghantuiku.


Elle: I'll forgive him


Semuanya bersorak gembira. Dan akhirnya aku digiring untuk masuk ke dalam lagi. Dan pada saat aku akan masuk ke dalam, aku bertemu seorang pria yang sedang bertatapan kosong. Ia lalu menatapku dan kembali menggenggam tanganku...








------------------------------ To Be Continue ----------------------------
Thanks for reading guys~ Maaf kalau jelek, kepanjangan, atau kependekan. Xoxo<3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar